Jumat, 27 Mei 2016

Pemindahaan ibu kota kabupaten dan pimilukada Maybarat di landa konflik

Konflik Pemindahan Ibut Kota Kabupaten Maybrat dan Pemilukada kabupaten Maybrat Papua Barat

Profil Entitas Kabupaten Maybrat
Sejarah
Kabupaten Maybrat adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Papua Barat. Kabupaten Maybrat dibentuk pada tanggal 16 Januari 2009 disahkan melalui UU RI Tahun 2009 Nomor 13 tentang Pembentukan Kabupaten Maybrat sebagai hasil pemekaran dari kabupaten Sorong.Pusat Pemerintahan dari Kabupaten maybrat berada di Kumurkek diDistrik Aifat. Kabupaten Maybrat memiliki sebelas distrik yaitu :
1)      Distrik Aifat
2)      Distrik Aifat Utara
3)      Distrik Aifat Timur
4)      Distrik Aifat Selatan
5)      Distrik Aitinyo Barat
6)      Distrik Aitinyo
7)      Distrik Aitinyo Utara
8)      Distrik Ayamaru
9)      Distrik Ayamaru Utara
10)  Distrik Ayamaru Timur
11)  Distrik Mare
Geografis
Secara Geografis Kabupaten Maybrat berbatasan dengan :
Utara    : FEF,Senopi, Kebar
Selatan : Kokoda, Kais
Barat    : Moswaren, Wayer, Sawiat
Timur  : Moskona Utara, Moskona Selatan
Bupati dan Ketua DPRD Kabupaten Maybrat Provinsi Papua Barat meminta memindahkan ibukota pemerintah Daerah ke Ayamaru dalam sidang pengujian UU No. 13 Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabupaten Maybrat di Mahkamah Konstitusi (MK).Pemohon I Bupati Bernard Sagrim dan Pemohon II Ketua DPRD Moses Murafer mempermasalahkan UU Pembentukan Kabupaten Maybrat yang menyebutkan bahwa Ibukota Kabupaten Maybrat berkedudukan di Kumurkek Distrik Aifat.
Kuasa Hukum Pemohon Andi Asrun, saat membacakan permohonan di Jakarta, Senin, mengatakan kedudukan Ibukota Maybrat di Kumurkek Distrik Aifat telah menghilangkan aspirasi keinginan masyarakat yang seharusnya menjadi bahan pertimbangan para pengambil kebijakan. Asrun juga mengungkapkan bahwa ketentuan tersebut telah menimbulkan konflik horizontal antarsuku.
"Pada tanggal 20 Januari 2009 di Kampung Yokase Distrik Ayamaru Utara telah terjadi konflik antara Suku Ayamaru, Aitinyo, dan Aifat yang mengakibatkan rusaknya berbagai fasilitas dan prasarana Pemerintah Ayamaru Utara yang dirusak oleh massa," kata Asrun. Dia juga menjelaskan bahwa pemerintah daerah hingga saat ini belum melakukan pembangunan infrastruktur karena letak geografis Kumurkek yang jauh dan sulit dijangkau oleh masyarakat.
Hal ini masih dipersulit dengan belum adanya sarana, prasarana dan infrastruktur dasar guna menunjang kelangsungan dan kelancaran pemerintahan, seperti belum adanya jalanan, jembatan, dan gedung pemerintahan.Dengan demikian, Asrun meminta MK memberikan penafsiran yang tegas terhadap UU Pembentukan Kabupaten Maybrat yang pada intinya memerintahkan pemerintah pusat agar menempatkan pusat pemerintahan daerah Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat terpusat di Ayamaru. Sidang perdana pengujian UU Pembentukan Kabupaten Maybrat ini dipimpin Akil Mochtar sebagai ketua majelis panel didamping anggotanya Maria Farida dan Hamdan Zoelva.

Ibukota Kabupaten Maybrat Dipindah, Warga Protes
Tim Penyelamat Kabupaten Maybrat, Apolos Sewa mengatakan, pemindahan secara sepihak Ibukota Maybrat dari Kumurkek ke Ayamaru memicu protes warga, dan berpotensi memicu perang suku di Kabupaten Maybrat, Papua Barat.
Apolos menjelaskan, Mendagri Gamawan Fauzi telah mengeluarkan surat 4 Desember 2014 soal pemfungsian ibukota Maybrat di Kumurkek. Oleh karena itu, Bupati Maybrat, Bernard Sagrim telah membangkang putusan mendagri tersebut.  "Surat tersebut diabaikan oleh bupati.kementerian dalam negeri juga telah meminta gubernur Papua Barat untuk memfasilitasi pemberhentian bupati Maybrat karena membangkang terhadap keputusan Mendagri. "Namun Bupati tidak mengindahkan," tegasnya, Senin (22/9/2014).
Dia mengatakan, agar konflik berkepanjangan di Kabupaten Maybrat segera berakhir, harus segera diciptakan solusi diantaranya segera membentuk daerah otonom baru."Pembentukan daerah otonom ini sudah dibahas dalam rapat yang dipimpin oleh Dirjen Otda Djo Hermansyah," tegas Apolos.
Pihaknya juga juga telah  melaporkan ketidakstabilan penyelenggaraan pemerintahan Maybrat, Papua sejak dimekarkan tahun 2009 kepada Komnas HAM. Tim penyelamat meminta Komnas Ham untuk segera membantu kabupaten Maybrat bebas dari konflik suku.
"Kami masyarakat Tim Penyelamat Kabupaten Maybrat memohon kepada Komnas Ham agar berkenan membantu kami menyampaikan pengaduan kepada Kementerian Dalam Negeri dan Komisi II DPR RI agar menjadi prioritas untuk dibahas dalam panja,"

Pemerintahan Maybrat Harus Dikembalikan ke Kumurkek
Mendagri Beri Batas Waktu Hingga Bulan Maret
Gubernur Papua Barat telah dimandatkan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) untuk memfasilitasi difungsikannya ibukota Kabupaten Maybrat berdasarkan pasal 7 UU Nomor 13 Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabupaten Maybrat dengan ibukota berkedudukan di Kumurkek Distrik Aifat, mengingat selama ini aktifitas pemerintahan Kabupaten Maybrat dilaksanakan di luar ibukota kabupaten. Demikian dikemukakan oleh anggota DPRD Kabupaten Maybrat, Maksimus Air,SE yang didampingi Paskalis Baru,S.Pd dan Sepnat Momau, di lobby hotel Merdien, semalam (6/1).
Dijelaskannya, Mendagri Gamawan Fauzi telah mengeluarkan surat tertanggal 4 Desember 2012 yang ditujukan kepada Gubernur Papua Barat, agar memfasilitasi pemfungsian kembali pemerintahan Maybrat di Kumurkek. Surat Mendagri tersebut lanjut Maksimus, menegaskan bahwa putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 18/PUU-VII tertanggal 12 November 2009 yang menyatakan permohonan para pemohon tidak dapat diterima.Putusan MK ini telah final menyatakan menolak gugatan Bupati Maybrat pada saat itu terkait gugatan Bupati Maybrat untuk memindahkan letak ibukota Kabupaten Maybrat di Kumurkek untuk dipindahkan ke Ayamaru.Jadi kalau, ada pihak-pihak yang membaca pertimbangan hakim, kami perlu meluruskan bahwa pertimbangan hakim tidak bisa dijadikan alat untuk mengorek keputusan MK, tegas Maksimus.
Dalam poin kedua surat Mendagri ke Gubernur Papua Barat, Maksimus mengatakan, untuk efektifitas penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Maybrat, Mendagri meminta Gubernur untuk melakukan fasilitasi pemfungsian kelembagaan perangkat daerah yang ada dan konsolidasi penataan personil. Ini berkaitan dengan penempatan personil yang tidak sesuai berdasarkan UU Kepegawaian, penempatan personil tidak sesuai dengan pangkat dan golongan, misalkan pegawai golongan 2 bisa jadi Kepala Distrik, sekertaris kampong yang SK-nya dari Jakarta bisa dipindahkan ke SKPD, banyak guru dan tenaga medis diangkat jadi pejabat sehingga pendidikan dan kesehatan tidak bisa diurus dengan baik ini, tukas Maksimus Air.
Dikatakannya, dalam point ketiga surat tersebut, Mendagri memerintahkan kepada Gubernur Papua Barat bahwa seluruh kegiatan penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Maybrat harus di Kumurkek paling lambat efektif bulan Maret 2013. Surat ini resmi dikeluarkan oleh Mendagri Gamawan Fauzi dan ditandagangani, tidak ada rekayasa dalam surat ini, jadi pemerintah harus melaksanakan amanat undang-undang, tegas Maksimus Air sembari menunjukkan salinan surat Mendagri tersebut kepada wartawan. Dalam kapasitas sebagai wakil rakyat, Maksimus yang didampingi dua anggota DPRD Maybrat lainnya, menegaskan bahwa pemerintahan Kabupaten Maybrat harus kembali ke Kumurkek, tidak ada alasan apapun untuk tidak memindahkan ibukota ke Kumurkek. Kalau selama ini ada alasan bahwa Kumurkek tidak aman, harus dibuktikan, tidak aman dari sisi apa. Juga ada laporan bahwa Kumurkek itu daerah OPM, harus dibuktikan, basisnya dimana, pentolannya siapa-siapa, pembiayaannya dari mana, kegiatan rutinitas yang selama ini terjadi itu apa?, tegasnya.  Di wilayah Papua Barat ini OPM secara terstruktur itu tidak ada, sebenarnya kami ini adalah pejuang reformasi yang akhirnya kemudian dinikmati oleh semua pejabat di tanah ini. Kumurkek itu aman 100 persen, rakyat di Aifat sama dengan rakyat di Ayamaru dan Aitinyo, tambah Maksimus.
Paskalis Baru,S.Pd dalam kesempatan ini mengharapkan Bupati Maybrat harus berjiwa besar dan tulus. Kalau selalu berbicara bahwa kita semua adalah anak Tuhan, maka harus menerima sebagai seorang anak Tuhan. Juga kepada pihak TNI dan Polri yang selama ini memback-up Bupati dalam hal pengawalan dalam menjalankan tugas kedinasannya, dengan telah dikeluarkannya surat Mendagri ini, maka diminta untuk berhenti dengan cara-cara seperti itu, karena hal ini hanya akan menambah konflik di Kabupaten Maybrat, tegasnya. Ditambahkannya, surat Mendagri ini tidak ditujukan kepada Bupati Kabupaten Maybrat, tetapi kepada Gubernur Papua Barat, dan selanjutnya Gubernur-lah yang harus mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti surat Mendagri tersebut. Terkait instruksi Mendagri ini, Gubernur Papua Barat belum berhasil dimintai tanggapannya. 

Pemilukada Maybrat
Semarak pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada), hampir terasa di sejumlah kabupaten/kota di Tanah Papua. Dari kabupaten induk hingga kabupaten pemekaran, ada yang telah dan sedang dalam tahapan menuju pelaksanaan event lima tahunan ini. Kondisi ini ditandai dengan ramainya baliho, spanduk dan poster yang terpajang di tempat-tempat umum. Tujuannya tidak lain, mensosialisasikan wajah dan visi-misi para calon pemimpin yang akan bertarung meraih mandat rakyat secara langsung.
Lagi-lagi, semarak pemilukada seakan menyita perhatian rakyat asli Papua yang kini mulai ‘malas tau’ atau anti pati dengan keberadaan Otonomi Khusus.Situasi ini belakangan cukup beralasan.Sebab, ditengah kesemrawutan (ketidak jelasan) pelaksanaan Otsus, perhatian rakyat asli Papua justru tertuju pada pemilukada. Ini terjadi karena ada wacana bombastis yang digembar-gemborkan bahwa lewat pemilukada akan muncul pemimpin yang bisa memperhatikan kesejahteraan rakyat. Praktis, wacana ini lalu menjadi ’pemanis’ yang menggaet perhatian rakyat Papua di kota hingga kampung-kampung terpencil.
Konon, masyarakat kampung yang tadinya hanya sibuk mengurus kebun, menokok sagu, berburu dan melaut, kini secara sukarela meninggalkan aktivitas itu selama berhari-hari karena ikut dimobilisasi dalam kampanye. Situasi ini terlihat dari rentetan pemilukada di beberapa kabupaten seperti, Yahukimo, Supiori, Asmat, Yalimo, Lani Jaya, Manokwari, Maybrat, Tambrauw, dan lain-lain. Momentum pemilukada juga membuat masyarakat gelisah.Berharap melihat calon pemimpin pujaannya segera memenangkan pertarungan dan menduduki kursi kepala daerah (berkuasa).
Bukan hanya itu, pilkada juga membuat sesama keluarga dekat (inti) yang hidup serumah atau sekampung malahan ikut-ikutan bersitegang (bertengkar) lantaran memiliki calon pujaan yang berbeda. Sampai-sampai masyarakat yang tidak tahu-menahu soal politik seperti keburu mimpi indah bahwa lewat pemilukada realitas hidup mereka yang tadinya susah akan berubah drastis menjadi lebih baik. Situasi demikian tentu berbeda dengan masyarakat asli Papua yang bermukim di kota. Mereka yang memiliki tingkat ekonomi dan pendidikan politik yang jauh lebih maju dari masyarakat di kampung, sebaliknya tidak begitu antusias dengan momentum pemilukada.
Ada yang bahkan tidak mau menggunakan hak pilihnya, alias memilih golongan putih (golput). Ini terjadi karena munculnya kesadaran kritis dalam memandang event lima tahunan ini lebih sebagai sinetron demokrasi. Artinya, meskipun diulang tiap lima tahun sekali, toh pemimpin yang terpilih tetap begitu-begitu saja. Sikap itu pun tak bedanya dengan masyarakat migran (non Papua) yang selama ini masih apatis dengan perhelatan pemilukada di Tanah Papua.Tak jarang muncul pemikiran seperti ini, “untuk apa ikut-ikutan pemilukada kalau hasilnya nanti tidak mengakomodir kepentingan kita.”
Meskipun sudah lama menetap di Papua, masih tetap ada masyarakat migran yang menganggap event pemilukada dilakukan hanya bagi orang asli Papua.Kalau pun mereka ikut dalam pemilukada, ini hanya sebatas formalitas karena bukan lahir dari suatu kesadaran politik berdemokrasi.Tragisnya, perhelatan pemilukada di Tanah Papua sejauh ini tidak pernah sepi dari berbagai polemik.Di beberapa wilayah konflik pun pecah hingga terjadi berulang-ulang. Satu peristiwa yang masih segar di ingatan kita adalah bentrok warga di Kab. Maybrat, akhir Juli 2011 lalu.Akibatnya, salah satu warga masyrakat asal kampung Ayawasi beranisial K. T membacok ketua KPUD Kab. Maybrat dengan pedang milik-nya. Namun, nasib korban masih selamat ditertolong oleh pihak medis. Penyebab bentrok ini terjadi karena ketidak puasaan warga terhadap rekaptulasi suara KPU Kab. Maybrat “menurut mereka/warga bahwa bahwa ketua KPU telah melakukan tindakan tidak merata yaitu memanupulasi dafatr pemiliahn tetap (DPT), karena katu KPU telah disogog oleh salah satu kanidat dengan perjanjian politik” ungkap salah satu warga asal kampong Maan Distrik Aifat Utara Fabianus. Baru
Peristiwa ini sempat mendapat pemberitaan media massa di Indonesia maupun media internasional seperti BBC, VOA, Radio Netherland dan Radio Autralia. Bentrok di Kab. Maybrat bermula dari adanya dukungan ganda DPC Partai Golkar kepada dua calon kandidat yang berbeda.Dualisme dukungan ini membawa ketegangan diantara kedua calon hingga ikut menyulut ketegangan diantara kedua kubu pendukung calon.Hasilnya, bentrok tak bisa dicegah hingga pecah di hari pertama Sabtu (30/7) dan Minggu (31/7).Padahal KPUD setempat belum melakukan verifikasi berkas para calon kandidat untuk menyatakan mana yang lolos verifikasi dan mana yang tidak.
Dampak dari konflik ini sempat membuat situasi di wilayah ini mencekam selama beberapa minggu sehingga membutuhkan campur tangan aparat keamanan. Selanjutnya di awal September 2011, konflik di wilayah yang sama kembali terulang dengan melibatkan warga masyarakat. Meskipun tidak ada korban jiwa dalam insiden ini, beberapa orang yang terprovokasi hasutan telah melakukan tindakan anarkis dengan merusak dan membakar sejumlah bangunan.Selain konflik pemilukada di Kab. Maybrat sebelumnya juga diberitakan media bahwa konflik pemilukada pun pernah terjadi di beberapa daerah di Kab. Maybrat
Misalnya, kisruh berbuntut pembakaran kantor-kantor di Maybrat,  kasus pembacokan ketua KPUD dan pembakaran kantor KPUD Maybrat, atau kisruh terkait proses pencalonan pada pemilukada Kab. Maybrat (Prov. Irian Jaya Barat).Belum lagi jika disinggung satu per satu mengenai perkara sengketa para calon yang bertarung dalam pemilukada dengan KPUD sebagai institusi penyelenggara pemilihan.Sengketa semacam ini umumnya berakhir di Mahkamah Konstitusi (MK) RI Jakarta. Sebut saja polemik seputar pemilukada  Kab. Maybrat yang berujung penggantian ketua KPU dan ketua Panwaslu Kab. Maybrat lantaran terlibat tindak pidana pemilukada, serta pelaksanaan pemilihan harus berlangsung 2 kali putaran.
Padahal sebagai sebagai kabupaten baru yang dimekarkan, lewat penyelenggaraan pemilihan yang baik akan memberi pembelajaran politik bagi kabupaten lain yang hendak melangsungkan pemilukada. Kabupaten Maybrat juga mestinya bisa mempelopori kemajuan berdemokrasi dan berpolitik di Tanah Papua.Sebab disinilah pusat pembangunan dan gudangnya kalangan cendekiawan Papua. Mulai dari para politisi dan fungsionaris partai yang terpelajar, kaum agamis, media massa, hingga aktivis (LSM/perorangan) yang kritis semuanya berbasis disini. Hanya saja, dalam pelaksanaan pemilukada ternyata bertolak belakang dengan keunggulan Kab. Maybrat sebagai pusat kemajuan.
Ada kesan bahwa sejumlah kalangan seperti disebutkan itu kurang memberi sumbangsih nyata terhadap kemajuan berdemokrasi bagi masyarakat di Kab. Maybrat. Lebih-lebih pendidikan politik bagi masyarakat pinggiran (marginal) yang hidup dari hasil berkebun, membabat hutan, memecah batu, berjualan pinang, dan lain-lain. Pengalaman membuktikan bahwa kelompok-kelompok marginal, kaum miskin kota dan kaum yang kurang beruntung dalam indikator kemajuan (modern) inilah yang sering menjadi sasaran garapan partai dan elit politik. Kelompok ini memang mudah ditaklukan lewat cara bagi-bagi duit (uang), bagi sembako/beras hingga kegiatan pengobatan gratis yang dibuat secara insidentil oleh partai atau tim sukses calon menjelang pemilukada/pemilu.
Nah, konflik berupa bentrok massa yang terkait dengan pemilukada seperti diuraikan sebelumnya memang tidak terlepas juga dari realitas politik ‘buang umpan’ semacam itu. Disisi lain, konflik itu nyata-nyata telah mencoreng esensi dari semangat berdemokrasi itu sendiri. Dengan begitu ini memunculkan kesan bahwa jangan-jangan pemberlakuan demokrasi ala barat (Eropa dan AS) berwujud pemilukada (pemilu) bisa jadi bertolak belakang dengan realitas perkembangan orang Papua hari ini.Seperti kata Romo Magnis Suseno, demokrasi model ini hanya bisa berjalan efektif jika diterapkan di negara-negara kapitalis yang tingkat kesejahteraan mayoritas rakyatnya sudah mumpuni.
Disamping tingkat kesadaran dan pendidikan politik rakyatnya juga sudah mapan. Sebab hal ini akan membentuk rakyat pemilih yang rasional (cerdas) dalam memilih pemimpin atau wakilnya di parlemen ketika berlangsung pemilihan. Jadi, dalam hal ini rakyat bukan lagi memilih pemimpin atas dasar dorongan primordialisme kesukuan (klen, marga, hubungan emosional) sempit, seperti yang masih kental terjadi di Tanah Papua.Atau karena politik bagi uang (money politik), pembagian sembako dan beras murah jelang pemilukada atau pemilu.Akibatnya situasi ini membentuk para pemilih yang tidak rasional dan hanya terlena pada situasi (pragmatis) dalam menentukan pemimpin.
Belum lagi, jika tingkat kesadaran dan pendidikan politik yang rendah, membuat para elit dan fungsionaris partai mudah memobilisai rakyat untuk tujuan politiknya. Pantas saja, dalam situasi semacam ini massa pendukung calon berbeda yang tidak mengerti politik dan demokrasi sering terprovokasi hingga bentrok. Padahal dalam etika politik, baik elit dan parpol wajib memberi penyadaran dan pendidikan politik bagi rakyat agar menjadi pemilih yang cerdas.Bukan sebaliknya menjadi pemilih yang tidak rasional, ikut-ikutan dan pragmatis.Bisa dimengerti, mengapa demokrasi yang seharusnya tercermin dari pemilukada, sejauh ini hanya dimaknai dalam pengertian sempit?
Tentu ini lebih disebabkan oleh demokrasi bercorak primordialisme sempit, yang oleh para elit lokal Papua sering dimanfaatkan sebagai jalan mencari kekuasaa.Lalu ketika berkuasa, ada peluang untuk memperkaya diri dan kelompok dengan jalan menumpuk materi sebanyak-banyaknya.Demokrasi yang secara sederhana dipahami sebagai “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat,” dalam prakteknya telah bergeser menjadi “dari rakyat, oleh rakyat tapi untuk satu dan sekelompok orang.”Ini persis terlihat ketika semua energi yang dikorbankan rakyat hampir terlupakan begitu saja oleh elit-elit politik pembual dan partai politik yang tak tahu berbalas budi.
Padahal disaat-saat kampanye, kaum buruh, petani, nelayan dan kaum miskin kota yang ikut termobilisasi harus rela menahan haus bercampur lapar ditengah terpaan terik matahari. Ini demi mendengar retorika muluk-muluk dari sang calon yang telah menjual tampang di tempat umum via baliho dan pamflet. Toh hasilnya rakyat tetap saja menjadi tumbal bagi para elit petualang politik untuk memenuhi hasrat kekuasaan. Sembari tetap tidak peduli kalau rakyat pendukungnya sejak awal telah berkutat mati-matian hanya untuk membela sang calon pujaannya.

Ketika sudah menjadi pemimpin, namun karena dianggap tidak becus memimpin, rakyat pun tak berdaya menurunkan pemimpinya.Sebab memang tidak ada mekanisme untuk itu. Lagi pula dalam sistem politik Indonesia, tidak ada aturan hukum yang memungkinkan dibuatnya semacam “kontrak politik” antara rakyat dan elit politik yang mau memimpin. Ini agar rakyat secara langsung bisa menurunkan (memecat) pemimpin yang dinilai tidak beres melalui mosi tidak percaya dalam suatu aksi massa. Tapi itu mustahil, karena demokrasi berwujud pemilukada mungkian akan tetap menguras energi rakyat.

Ronald Fanataf CV

Curriculum Vitae
Personal Details

Id card no             : 9271050211930001
Name                     : Ronald Regen Fanataf
Place,date of birth : Ayawasi,02 november 1993
Gender                   : Male
Blood code            : B
Marital status        : Single
Religion                  : Catholic
Address                  : JL.Frans Kaisepo Soorng city West Papua
Nationality             : Indonesian
Telephone              : 081218957949
Email address        : regenfanataf@yahoo.co.id

Educational Records
August 2012          : I am studying at the campus University Multimedia Nusantara
                                 Tangerang.
June  2008 - 2011  : Senior High School YPPK St.Agustinus Sorong city
June 2005 – 2008  : Junior High School YPPK St.Donbosco Sorong city
June  1999 – 2005 :  Elementary School YPPK St.Yosep Ayawasi

Abilitys
1.      The fluent indonesian and vernacular speaks english fairly well, but with an indonesian accent and is sometimes hesitant,
2.      Operated (Ms word,Ms power point,and Ms excel),
3.      Operated browsing and download,
4.      Played (futsal,soccer,volly ball,and Basketball),
5.      Singing reggae songs,and jazz songs.
Interests
1.      Enjoy reggae Music,R&B music,and Jazz Music.
2.      Played games and

3.      Played reggae music.

Manfat Buah Pinang Papua Untuk Kesehatan (In depth News)

Manfat Buah Pinang Papua Untuk Kesehatan (In depth News)

Secara sekilas pohon pinang memiliki bentuk yang sama dengan pohon kelapa. Namun, bila diperhatikan dengan seksama terlihat sangat berbeda. Pinang adalah sebuah tumbuhan sejenis palma, mempunyai batang yang tinggi hingga dapat mencapai ketinggian 25m batangnya berbentuk langsing dan lurus ke atas.
Daunnya berada di atas pangkal batang mirip dengan pohon kelapa. Namun, menjadi beda tangkai daunnya lebih pendek dari kelapa dan memiliki daun yang berbeda dari kelapa tentunya. Selain itu, pohon ini juga mempunyai buah. Buah pinang tumbuh  mirip dengan kelapa buah ini akan muncul di atas pohon dengan akar-akar mirip dengan buah kelapa .Namun, ukuran buah pinang lebih kecil dari buah kelapa. Pohon ini dapat tumbuh di lingkungan tropis biasanya terdapat banyak tumbuh di Papua.
Selain itu, buah pinang sendiri adalah sebagai salah satu bahan untuk membuat sirih, manfaat pinang ini sudah dikenal sejak dahulu kala oleh nenek moyang kita di Papua. Melihat fungsi-fungsinya tersebut apakah pinang punya manfaat bagi kesehatan tentu ada karena di dalam buah pinang terdapat senyawa yang bernama arecaidine, arecolidine, guvacoline, guracine dan lainnya berikut adalah berbagai manfaat buah pinang:
Mengatasi mulut kering
Orang yang menyirih biasanya mulutnya tidak kering, hal ini di sebabkan oleh kinerja buah pinang yang membuat kelenjar ludah menjadi keluar terus menerus. Ludah ini akan mencegah orang terserang penyakit seperti disentri dan sindrom sjogren.
Menguatkan gigi dan gusi
Iris beberapa buah pinang kemudian kunyah irisan pinang tersebut hal tersebut dapat menguatkan gigi dan gusi. Cara ini sudah terbukti khasiatnya dalam menguatkan gigi dan gusi sejak jaman dulu, maka tak heran orangorang pada jaman dulu memiliki gigi yang sehat dan kuat.
Obat cacing
Siapkan seperempat buang pinang, temulawak berukuran setengah jari, kunyit setengah jari,. Semua bahan ini di rebut hingga matan dan kemudian saring airnya dan minum. Kandungan air minuman ini dapat mengatasi penyakit cacingan. Hal ini di gunakan pula oleh peternakan ayam agar ayam-ayam peternak tidak cacingan dan dapat mempertahankan produksi telur karena bebas dengan cacing.
Mengobati kulit yang luka
Cari daging buah oinnang yang masih muda kemudian tumbuk hingga halus, tempelkan hasil tumbukan ini kepada kulit yang terluka. Lakukan secara bertahap dan continue luka tersebut akan cepat sembuh.
Rabun mata
Kunyah daging pohon pinang da telan airnya hal tersebut dapat mengatasi rabun pada mata.
Mencegah pengeluaran darah berlebih
Buah pinang muda dapat anda gunakan sebagai obat dalam mengatasi masalah keluar darah berlebih pada luka seperti mimisan, koreg, bisul, dan kudis. Caranya dengan mengkonsumsi air rebuasan dari buah piang, maka rebuslah buah pinang secara teratur.
Mengobati sakit pinggang
Buah pinang juga sangat bermanfaat untuk mengobati sakit pinggang, caranya yaitu : Siapkan beberapa lembar daun pinang, tumbuk kasar lalu hangatlkan. Setelah itu, daun pinang yang telah ditumbuk dikompreskan pada pinggang yang sakit. Lakukan pengobatan ini secara rutin dan teratur setiap malam sebelum tidur.
Mengobati kudis
Caranya yaitu:
Ambil salah satu biji buah pinang mida, lalu buah pinang tersebut di parut. Setelah itu, campurkan parutan buah pinang dengan 1 sendok teh dan 2 gelas air putih. Lalua aduk-aduk semua bahan tercempur merata kemudian oleskan pada bagian tubuh yang sakit.
Mengobati mata rabun
Caranya yaitu:
Ambil 1 biji buah pinang yang masih muda, lalu kunyah dan hisap saja airnya, cara ini sangat efektif dalam mengobati mata rabut.
Manfaat Buah Pinang Untuk Kecantikan Wanita/Pria
Mengatasi kulit wajah yang berjerawat
Tidak ada salahnya jika anda mencoba dengan menggunakan buah pinang untuk menghilangkan jerawat. Caranya yaitu, Siapakan beberapa buah pinang mudah. Setelah itu, cuci hingga bersih dan pisahkan daging dengan biji buahnya. Kemudian haluskan dan oleskan pada kulit wajah yang berjerawat, diamkan selama 20 menit. Selanjutnya, bersihkan dengan air dingin  hingga bersih. Lakukan perawatan ini secara rutin setiap malam sebelum tidur, hingga jerawat hilang.
Menghilangkan tanda panuan dini seperti garis lurus dan keriput
Menggunakan ramuan dari bauh pinang juga dapat bermanfaat untuk mencegah dan menghilangkan tanda-tanda panuan seperti garis halus, kulit kriput dan tanda-tanda panuan lainnya. Selain itu, ramuan diatas juga dapat membantu dalam mengurangi kandungan minyak berlebih, mencerahkan kulit wajah yang kusam. Mencegah komedo dan mampu mengencangkan serta meremajakan kulit wajah sehiangga kulit tampak awet muda dan segar
Mencegah gigi berlubang
Sirih bisa jadi memiliki sifat efek antibakteri, sehingga banyak dimasukkan sebagai bahan tambahan untuk pasta gigi untuk mencegah gigi berlubang. Bukti ini memang bisa disaksikan pada orang yang gemar nyirih, dimana rata-rata mereka memiliki gigi yang utuh hingga tua. Karena efek racun, efek kemerahan pada mulut, jadi walau bagaimanapun, pinang mungkin masih kurang berguna daripada agen terapeutik lainnya untuk keperluan menjaga kesehatan gigi.
Anemia :
Penelitian awal melaporkan bahwa nyirih dapat mengurangi gejala anemia pada ibu hamil. Namun Alasan untuk penemuan ini masih tidak jelas, dan mengunyah mungkin tidak aman bagi wanita selama hamil.
Meningkatkan nafsu makan
Daun pinang merupakan salah satu obat herbal yang dapat digunakan untuk meningkatkan nafsu makan. Cara menggunakannya yaitu dengan merebus daun pinang kemudian meminumnya secara teratur.
Penurun berat badan
Nah, untuk dapat merasakan manfaat buah pinang untuk kesehatan sebagai penurun berat badan ini secara maksimal, Anda dapat terlebih dahulu menjemur biji pinang hingga kering. Lalu, tumbuk biji pinang kering tersebut hingga halus. Ambil setengah sendok teh hasil tumbukan biji pinang yang telah halus tersebut dan campur dengan segelas air panas.
Diamkan larutan biji pinang tersebut  selama satu malam, lalu minum di pagi hari dan petang. Untuk hasil yang lebih maksimal, minum bersama ampasnya dan rutin diminum selama 2 minggu. Selain rutin meminum biji pinang ini, jika Anda ingin mendapatkan tubuh yang ideal damping dengan pola hidup teratur dan makanan sehat.
Manfaat lainnya dari buah pinang:
Selain manfaat yang sudah kami sebutkan di atas masih ada lagi beberapa khasiat yang didapatkan dari buah yang satu ini. Manfaat tersebut antara lain antara lain adalah
Memperlancar buang air besar
Mengobati beri beri
Obat batuk alami
Mengatasi perut kembung
Itulah beberapa khasiat yang dapat Anda peroleh dari buah pinang. Ternyata buah yang satu ini menyimpan berbagai khasiat untuk kesehatan dan mengatasi beberapa masalah penyakit. Walau buah ini sering kita jumpai di pinggir pinggir jalan raya dan sebagai tanaman liar buah ini tetap menyimpan banyak kegunaan. Oleh Ronald R. Fanataf (13530040), Mahasiswa fakulitas ilmu komunikasi kampus STPMD”APMD” Yogyakarta 2016.
                      


Theori Komunikasi Psikologi (Emile Durkheim) by Regen. Fanataf

A. Profil dan riwayat hidup Emile Durkheim
Lahir di Epinal propinsi Lorraine, Perancis Timur pada tanggal 15 April 1858. Dia termasuk dalam tokoh Sosiologi yang memperbaiki metode berpikir Sosiologis yang tidak hanya berdasarkan pemikiran-pemikiran logika filosofis tetapi Sosiologi akan menjadi suatu ilmu pengetahuan yang benar apabila mengangkat gejala sosial sebagai fakta-fakta yang dapat diobservasi.
Dia dilahirkan dalam keluarga agamis namun pada usia belasan tahun minat terhadap agama lebih akademis daripada teologis. Pada usia 21 tahun Durkheim diterima di Ecole Normale Superieure setelah sebelumnya gagal dalam ujian masuk. Di Universitas tersebut dia merupakan mahasiswa yang serius dan kritis, kemudian pemikiran Durkeim dipengaruhi oleh dua orang profesor di Universitasnya itu (Fustel De Coulanges dan Emile Boutroux).
Setelah menamatkan pendidikan di Ecole Normale Superieure, Durkheim mengajar filsafat di salah satu sekolah menengah atas (Lycees Louis-Le-Grand) di Paris pada tahun 1882 sampai 1887. Kemudian masih pada tahun 1887 (29 tahun) disamping prestasinya sebagai pengajar dan pembuat artikel dia juga berhasil mencetuskan sosiologi sebagai disiplin ilmu yang sah di bidang akademik karena prestasinya itu dia dirgai dan diangkat sebagai ahli ilmu sosial di fakultas pendidikan dan fakultas ilmu sosial di universitas Bourdeaux.
Tahun 1893 Durkheim menerbitkan tesis doktoralnya dalam bahasa perancis yaitu The Division of Labour in Society dan tesisnya dalam bahasa Latin tentang Montesqouieu. Kemudian tahun 1895 menerbitkan buku keduanya yaitu The Rules of Sociological Method. Tahun 1896 diangkat menjadi professor penuh untuk pertama kalinya di Prancis dalam bidang ilmu sosial.
Tahun 1897 menerbitkan buku ketiganya yang berjudul Suicide (Le-Suicide) dan mendirikan L’AnĂ©e Sociologique (jurnal ilmiah pertama tentang Sosiologi). Tahun 1899 Durkheim ditarik ke Sorbonne dan tahun 1906 dipromosikan sebagai profesor penuh dalam ilmu pendidikan. Enam tahun keudian (1912) menerbitkan karya keempatnya yaitu The Elementary Forms of Religious Life. Satu tahun setelahnya (1913) kedudukannya diubah menjadi professor ilmu Pendidikan dan Sosiologi. Pada tahun ini Sosiologi resmi didirikan dalam lembaga pendidikan yang sangat terhormat di Prancis.
Tahun 1915 Durkheim mendapat musibah, putranya (Andre) cedera parah dan meninggal. Pada 15 November 1917 (pada usia 59 tahun) Durkheim meninggal sesudah menerima penghormatan dari orang-orang semasanya untuk karirnya yang produktif dan bermakna, serta setelah dia mendirikan dasar Sosiologi ilmiah.
B. Teori-teori Emile Durkheim
1. Teori Solidaritas (The Division of Labour in Society)
Dalam buku ini menerangkan bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain. solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan / atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.
a. solidaritas mekanis
Masyarkat yang ditandai dengan solidaritas mekanis menjadi satu padu karena seluruh orang adalah generalis. Ikatan dalam masyarakat seperti ini terjadi karena mereka terlibat dalam aktivitas yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama. Oleh karena itu hubungan antar masyrakatnya sangat erat satu sama lain.
solidaritas mekanis dibentuk oleh hokum represif karena anggota masyarakat jenis ini memiliki kesamaan satu sama lain, dan karena mereka cenderung sangat percaya pada moralitas bersama, apapun pelanggaran terhadap system nilai bersama tidak akan dinilai main-main oleh setiap individu. Pelanggar akan dihukum atas pelanggaranya terhadap system moral kolektif. Meskipun pelanggaran terhadap system moral hanya pelanggaran kecil namun mungkin saja akan dihukum dengan hukuman yang berat.
b. solidaritas organic
Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas organis bertahan bersama justru dengan perbedaan yang ada didalamnya, dengan fakta bahwa semua orang memiliki pekerjaan dan tanggung jawab berbeda-beda. Karena masyarakat modern relatif memperlihatkan lapangan pekerjaan yang sempit, maka mereka membutuhkan banyak orang untuk bertahan. Keluarga modern membutuhkan penjual makanan, tukang roti, tukang daging, montir, guru, polisi, akuntan dan lain sebagainya. Masyrakat tersebut pada gilirannya membutuhkan bermacam-macam jasa dari orang lain agar dapat bertahan hidup di era modern ini. Dalam pandangan durkheim, masyrakat modern dipertahankan bersama oleh spesialisasi orang dan kebutuhan mereka akan jasa sekian banyak orang. Spesialisasi ini tidak hanya pada tingkat individu saja, akan tetapi juga kelompok, struktur, dan institusi.
masyarakat solidaritas organic dibentuk oleh hukum restitutif. Dimana seseorang yang melanggar harus melakukan restitusi untuk kejahatan mereka, pelanggaran dilihat sebagai serangan terhadap individu tertentu atau sekmen tertentu dari masyarakat bukannya terhadap sistem moral itu sendiri. Dalam hal ini, kurangnya moral kebanyakan orang tidak melakukan reaksi xecara emosional terhadap pelanggaran hukum. Durkheim berpendapat masyarakat modern bentuk solidaritas moralnya mengalami perubahan bukannya hilang.
Dalam masyarakat ini, perkembangan kemandirian yang diakibatkan oleh perkembangan pembagian kerja menimbulkan kesadaran-kesadaran individual yang lebih mandiri, akan tetapi sekaligus menjadi semakin tergantung satu sama lain, karena masing-masing individu hanya merupakan satu bagian saja dari suatu pembagian pekerjaan sosial.
2. Fakta Sosial (The Rule Of Sociological Method)
Fakta sosial adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal; atau bisa juga dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual.
Durkheim membedakan dua tipe ranah fakta sosial:
a   Fakta sosial Material
Fakta sosial material lebih mudah dipahami karena bisa diamati. Fakta sosial material  tersebut sering kali mengekspresikan kekuatan moral yang lebih besar dan kuta yang sama-sama berada diluar individu dan memaksa mereka. Kekuatan moral inilah yang disebut dengan fakta sosial nonmaterial.
b. Fakta sosial Nonmaterial
Durkheim mengakui bahwa fakta sosial nonmaterial memiliki batasan tertentu, ia ada dalam fikiran individu. Akan tetapi dia yakin bahwa ketika orang memulai berinteraksi secara sempurna, maka interaksi itu akan mematuhi hukumnya sendiri. Individu masih perlu sebagai satu jenis lapisan bagi fakta sosial nonmaterial, namun bentuk dan isi partikularnya akan ditentukan oleh interaksi dan tidak oleh individu. Oleh karena itu dalam karya yang sama Durkheim menulis : bahwa hal-hal yang bersifat sosial hanya bisa teraktualisasi melalui manusia; mereka adalah produk aktivitas manusia.
Jenis-jenis fakta sosial nonmaterial:
a. Moralitas
Perspektif Durkheim tentang moralitas terdiri dari dua aspek. Pertama, Durkheim yakin bahwa moralitas adalah fakta sosial, dengan kata lain, moralitas bisa dipelajari secara empiris, karena ia berada di luar individu, ia memaksa individu, dan bisa dijelaskan dengan fakta-fakta sosial lain. Artinya, moralitas bukanlah sesuatu yang bisa dipikirkan secara filosofis, namun sesuatu yang mesti dipelajari sebagai fenomena empiris. Kedua, Durkheim dianggap sebagai sosiolog moralitas karena studinya didorong oleh kepeduliannya kepada “kesehatan” moral masyarakat modern.
b. Kesadaran Kolektif
Durkheim mendefinisikan kesadaran kolektif sebagai berikut; “seluruh kepercayaan dan perasaan bersama orang kebanyakan dalam sebuah masyarakat akan membentuk suatu sistem yang tetap yang punya kehidupan sendiri, kita boleh menyebutnya dengan kesadaran kolektif atau kesadaran umum. Dengan demikian, dia tidak sama dengan kesadaran partikular, kendati hanya bisa disadari lewat kesadaran-kesadaran partikular”.
Ada beberapa hal yang patut dicatat dari definisi ini. Pertama, kesadaran kolektif terdapat dalam kehidupan sebuah masyarakat ketika dia menyebut “keseluruhan” kepercayaan dan sentimen bersama. Kedua, Durkheim memahami kesadaran kolektif sebagai sesuatu terlepas dari dan mampu menciptakan fakta sosial yang lain. Kesadaran kolektif bukan hanya sekedar cerminan dari basis material sebagaimana yang dikemukakan Marx. Ketiga, kesadaran kolektif baru bisa “terwujud” melalui kesadaran-kesadaran individual.
Kesadaran kolektif merujuk pada struktur umum pengertian, norma, dan kepercayaan bersama. Oleh karena itu,  dia adalah konsep yang sangat terbuka dan tidak tetap. Durkheim menggunakan konsep ini untuk menyatakan bahwa masyarakat “primitif” memiliki kesadaran kolektif yang kuat, yaitu pengertian, norma, dan kepercayaan bersama, lebih dari masyarakat modern.
c. Representasi Kolektif
Contoh representasi kolektif adalah simbol agama, mitos, dan legenda populer. Semuanya mempresentasikan kepercayaan, norma, dan nilai kolektif, dan mendorong kita untuk menyesuaikan diri dengan klaim kolektif. Representasi kolektif juga tidak bisa direduksi kepada individu-individu, karena ia muncul dari interaksi sosial, dan hanya bisa dipelajari secara langsung karena cenderung berhubungan dengan simbol material seperti isyarat, ikon, dan gambar atau berhubungan dengan praktik seperti ritual.
d. Arus Sosial
Menurut Durkheim, arus sosial merupakan fakta sosial yang tidak menghadirkan diri dalam bentuk yang jelas. Durkheim mencontohkan dengan “dengan luapan semangat, amarah, dan rasa kasihan” yang terbentuk dalam kumpulan publik.
e. Pikiran Kelompok
Durkheim menyatakan bahwa pikiran kolektif sebenarnya adalah kumpulan pikiran individu. Akan tetapi pikiran individual tidak secara mekanis saling bersinggungan dan tertutup satu sama lain. Pikiran-pikiran individual terus-menerus berinteraksi melalui pertukaran simbol: mereka megelompokkan diri berdasarkan hubungan alami mereka, mereka menyusun dan mengatur diri mereka sendiri. Dalam hal ini terbentuklah suatu hal baru yang murni bersifat psikologis, hal yang tak ada bandingannya di dunia biasa.
3. Teori Bunuh Diri (Suicide)
Durkheim memilih studi bunuh diri karena persoalan ini relative merupakan fenomena konkrit dan spesifik, di mana tersedia data yang bagus cara komparatif. Akan tetapi, alasan utama Durkheim untuk melakukan studi bunuh diri ini adalah untuk menunjukkan kekuatan disiplin Sosiologi. Dia melakukan penelitian tentang angka bunuh diri di beberapa negara di Eropa. Secara statistik hasil dari data-data yang dikumpulkannya menunjukkan kesimpulan bahwa gejala-gejala psikologis sebenarnya tidak berpengaruh terhadap kecenderungan untuk melakukan bunuh diri. Menurut Durkheim peristiwa-peristiwa bunuh diri sebenarnya merupakan kenyataan-kenyataan sosial tersendiri yang karena itu dapat dijadikan sarana penelitian dengan menghubungkannya terhadap sturktur sosial dan derajat integrasi sosial dari suatu kehidupan masyarakat.
Durkheim memusatkan perhatiannya pada 3 macam kesatuan sosial yang pokok dalam masyarakat:
a. Bunuh Diri dalam Kesatuan Agama
Dari data yang dikumpulan Durkheim menunjukkan bahwa angka bunuh diri lebih besar di negara-negara protestan dibandingkan dengan penganut agama Katolik dan lainnya. Penyebabnya terletak di dalam perbedaan kebebasan yang diberikan oleh masing-masing agama tersebut kepada para penganutnya.
b. Bunuh Diri dalam Kesatuan Keluarga
Dari penelitian Durkheim disimpulkan bahwa semakin kecil jumlah anggota dari suatu keluarga, maka akan semakin kecil pula keinginan untuk hidup. Kesatuan sosial yang semakin besar, mengikat orang pada kegiatan-kegiatan sosial di antara anggota-anggota kesatuan tersebut.
c. Bunuh Diri dalam Kesatuan Politik
Dari data yang dikumpulkan, Durkheim menyimpulkan bahwa di dalam situasi perang, golongan militer lebih terintegrasi dengan baik, dibandingkan dalam keadaan damai. Sebaliknya dengan masyarakat sipil.
Kemudian data tahun 1829-1848 disimpulkan bahwa angka bunuh diri ternyata lebih kecil pada masa revolusi atau pergolakan politik, dibandingkan dengan dalam masa tidak terjadi pergolakan politik.
Durkheim membagi tipe bunuh diri ke dalam 4 macam:
a. Bunuh Diri Egoistis
Tingginya angka bunuh diri egoistis dapat ditemukan dalam masyarakat atau kelompok di mana individu tidak berinteraksi dengan baik dalam unit sosial yang luas. Lemahnya integrasi ini melahirkan perasaan bahwa individu bukan bagian dari masyarakat, dan masyarakat bukan pula bagian dari individu. Lemahnya integrasi sosial melahirkan arus sosial yang khas, dan arus tersebut melahirkan perbedaan angka bunuh diri. Misalnya pada masyarakat yang disintegrasi akan melahirkan arus depresi dan kekecewaan. Kekecewaan yang melahirkan situasi politik didominasi oleh perasaan kesia-siaan, moralitas dilihat sebagai pilihan individu, dan pandangan hidup masyarakat luas menekan ketidakbermaknaan hidup, begitu sebaliknya.
Durkheim menyatakan bahwa ada faktor paksaan sosial dalam diri individu untuk melakukan bunuh diri, di mana individu menganggap bunuh diri adalah jalan lepas dari paksaan sosial.
b. Bunuh Diri Altruistis
Terjadi ketika integrasi sosial yang sangat kuat, secara harfiah dapat dikatakan individu terpaksa melakukan bunuh diri. Salah satu contohnya adalah bunuh diri massal dari pengikut pendeta Jim Jones di Jonestown, Guyana pada tahun 1978. contoh lain bunuh diri di Jepang (Harakiri).
Bunuh diri ini makin banyak terjadi jika makin banyak harapan yang tersedia, karena dia bergantung pada keyakinan akan adanya sesuatu yang indah setelah hidup di dunia. Ketika integrasi mengendur seorang akan melakukan bunuh diri karena tidak ada lagi kebaikan yang dapat dipakai untuk meneruskan kehidupannya, begitu sebaliknya.
c. Bunuh Diri Anomic
Bunuh diri ini terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat terganggu. Gangguan tersebut mungkin akan membuat individu merasa tidak puas karena lemahnya kontrol terhadap nafsu mereka, yang akan bebas berkeliaran dalam ras yang tidak pernah puas terhadap kesenangan.
Bunuh diri ini terjadi ketika menempatkan orang dalam situasi norma lama tidak berlaku lagi sementara norma baru belum dikembangkan (tidak ada pegangan hidup). Contoh: bunuh diri dalam situasi depresi ekonomi seperti pabrik yang tutup sehingga para tenaga kerjanya kehilangan pekerjangan, dan mereka lepas dari pengaruh regulatif yang selama ini mereka rasakan.
Contoh lainnya seperti booming ekonomi yaitu bahwa kesuksesan yang tiba-tiba individu menjauh dari struktur tradisional tempat mereka sebelumnya melekatkan diri.
d. Bunuh Diri Fatalistis
Bunuh diri ini terjadi ketika regulasi meningkat. Durkheim menggambarkan seseorang yang mau melakukan bunuh diri ini seperti seseorang yang masa depannya telah tertutup dan nafsu yang tertahan oleh disiplin yang menindas. Contoh: perbudakan.
4. Teori tentang Agama (The Elemtary Forms of Religious Life)
Dalam teori ini Durkheim mengulas sifat-sifat, sumber bentuk-bentuk, akibat, dan variasi agama dari sudut pandang sosiologistis. Agama menurut Durkheim merupakan ”a unified system of belief and practices relative to sacret things”, dan selanjutnya “ that is to say, things set apart and forbidden – belief and practices which unite into one single moral community called church all those who adhere to them.” Agama menurut Durkheim berasal dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat selalu membedakan mengenai hal-hal yang dianggap sacral dan hal-hal yang dianggap profane atau duniawi.
Dasar dari pendapat Durkheim adalah agama merupakan perwujudan dari collective consciouness sekalipun selalu ada perwujudaan-perwujudan lainnya. Tuhan dianggap sebagai simbol dari masyarakat itu sendiri yang sebagai collective consciouness kemudian menjelma ke dalam collective representation. Tuhan itu hanya lah idealisme dari masyarakat itu sendiri yang menganggapnya sebagai makhluk yang paling sempurna (Tuhan adalah personifikasi masyarakat). Kesimpulannya, agama merupakan lambang collective representation dalam bentuknya yang ideal, agama adalah sarana untuk memperkuat kesadaran kolektif seperti ritus-ritus agama. Orang yang terlibat dalam upacara keagamaan maka kesadaran mereka tentang collective consciouness semakin bertambah kuat. Sesudah upacara keagamaan suasana keagamaaan dibawa dalam kehidupan sehari-hari, kemudian lambat laun collective consciouness tersebut semakin lemah kembali.
Durkheim tertarik dengan moralitas, karena pada saat dia hidup revolusi Perancis sedang terjadi. Konflik di mana-mana dan situasi politik begitu kacau. Durkheim berpikir, jika ada sesuatu yang bisa dibuat bersama maka konflik itu akan berkesudahan. Sesuatu itu menurut Duekheim adalah konsensus bersama. Oleh sebab itu teori Durkheim yang tekenal adalah teori Konsensus.

Pandangan Tentang Manusia
Teori Durkheim mengenai kodrat manusia adalah dengan mengi­kuti gagasan-gagasan Hobbes yang mengatakan bahwa manusia adalah seberkas penginderaan-penginderaan, refleks-refleks dan naluri-naluri, tetapi dengan dua modifikasi:
 Individu pada dirinya tanpa rasio, danManusia tidak mempunyai pola-pola nafsu yang tetap yang mau tak mau dan niscaya terarah menuju tujuan-tujuan khusus seperti pemeliharaan diri dan kejayaan.
Jadi, dalam individu tak ada apa-apa dengan rasio atau naluri untuk membatasi cakupan dan jangkauan nafsu­-nafsunya.
Kecenderungan-kecenderungan kodrat manusia yang diba­yangkan Hobbes bersifat universal dalam kenyataan bersifat sementara dan lokal.
Durkheim memandang kodrat manusia sebagai sebuah abstraksi yang hampir total dari tingkah laku manusia-manusia actual dalam situasi real.  Apa yang biasanya kita anggap sebagai ciri-ciri universal kodrat manusia, termasuk kemampuan untuk memilih dan bernalar se­benarnya merupakan produsi situasi lingkungan yang sama-sama dimiliki semua manusia-kehidupan di dalam kelompok sosial tertentu.
Durkheim menjelaskan tentang “anomie”, sebuah kondisi manu­siawi yang ditandai oleh tidak adanya peraturan sosial adalah pandan­gannya tentang bentuk keadaan manusia yang tidak sosial, non rasional dan tak berbentuk. Anomie adalah penemuan konseptual Durkheim yang paling khas dalam teori sosialnya. Di dalam analisisnya tentang tatanan sosial, dia mengandaikan bahwa bilamana kekuatan-kekuatan moral ke­hidupan sosial ambruk, individu sama sekali berada di laut tanpa gagasan apapun tentang tujuan apa yang harus dicapai atau bagaimana hidup se­cara memuaskan. Jadi “anomie” adalah sebuah kondisi masyarakat di­mana agama, pemerintah dan moralitas telah kehilangan keefektifannya
Pandangan Tentang Masyarakat
Manusia secara kolektif mempunyai kepentingan satu terhadap yang lain. Durkheim melihat ada perkembangan tingkat solidaritas pada masyarakat. Pada masyarakat yang sederhana yang hubungan antar indi vidu masih dekat, maka solidaritas yang terbentuk adalah solidaritas mekanik. Solidarstas mekanik terjadi karena masing-masing anggota masyarakat merasa bagian dari masyarakat tersebut.
Dengan berkembangnya masyarakat dan semakin kompleks maka solidaritas yang ada pada masyarakat tersebut adalah solidaritas organis. Solidaritas organik terjadi karena sudah ada diferensiasi dan spesialisasi fungsi dari masing-masing anggota masyarakat, sehingga mereka saling ada ketergantungan. Agar tetap dapat melangsungkan hidupnya maka mereka saling bekerjasama berdasarkan fungsi mereka masing-masing.
1.      Landasan Teori
Durkheim mengajukan pengakuan untuk gagasan sebuah ilmu pengetahuan tentang masyarakat yang bisa meyumbangkan pemecahan atas masalah-masalah moral dan intelektual masyarakat. Dia berusaha menjadikan pandangan ini sebuah kenyataan di dalam studi-studi pokok mengenai hakikat solidaritas sosial.
2.      Pendekatan Durkheim
Dukheim dipengaruhi oleh Aguste Comte yang adalah perintis paham positisme. Filsafat positif, berakar kuat dalam kekaguman Durkheim. Sehingga ia menerapkan metode tersebut untuk menemukan prinsip-prinsip keteraturan dan perubahan di dalam masyarakat, sehingga menghasilkan sebuah susunan pengetahuan baru yang bisa dipakai untuk mengorganisasikan masyarakat demi perbaikan umat manusia. Pendekatan ilmiah dan rasionalis, yang dikombinasikan dengan sebuah perspektif sejah.
3.      Teori Durkheim tentang Manusia
Durkheim berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang jelas bersifat manusiawi –seperti bahasa, moralitas, agama dan kegiatan ekonomi. Memang persis karena tekanan Durkheim bahwa betapa sedikitnya indivdu sebagai baha mentah yang dapat dibentuk oleh pengaruh kehidupan kelompok dapat melampauhi masyarakat. Durkheim memandang kodrat manusia sebagai sebuah abstraksi yang hampir total dari tingkah-laku manusia-manusia aktual dalam situasi-situasi rel.
4.      Teori Durkheim tentang Masyarakat
Bagi Durkheim, masyarakat adalah sebuah tatanan moral, yaitu seperangkat tuntutan normatif lebih dengan kenyataan ideal daripada kenyataan material, yang ada dalam kesadaran individu dan meski demikian dalam cara tertentu berada di luar individu. Durkheim membagi dua konsep yang berhubungan tentang kenyataan sosial dalam masyarakat, yaitu: gambaran kolektif dan kesadaran kolektif.  Gambaran kolektif adalah simbo-simbol yang memiliki makna yang sama bagi semua anggota dalam masyarakat. Sedangkan kesadaran kolektif adalah gagasan yang dimiliki bersama dalam sebuah masyarakat.
5.      Implikasi-Implikasi Praktis
Telaah Durkheim terhadap tatanan sosial dan khsusnya dengan disintegrasi masyarakat-masyarakat yang bercirikan pembagian kerja yang dipaksakan dilukiskan dengan pandangannya dalam Suicide tentang apa yang terjadi kalau kekuatan penata masyarakat hancur. Implikasi praktis dari Suicide searah dengan Division of Labour di mana ia persis mencapai kesimpulan yang sama mengenai kebutuhan akan penataan organis untuk memebendung anomie.
6.      Penilaian dan Kristik terhadap Durkheim
Durkheim merangsang penilaian kritis tidak semata-mata sebagai seorang filsuf yang merekomendasikan sebuah pendekatan metodologis khusus terhadap studi sosial, tetapi juga menurut standar-standar khusus terhadap studi sosial, tetapi juga menurut standar-standar empiris yang ditemukannya sendiri. sebagai seorang empiris praktis dia tak bisa menutup bahannya terhadap prosedur-prosedur pengujian ilmiah.
Teori dan gagasan
Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat dapat mempertahankan integritas dan koherensinya di masa modern, ketika hal-hal seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak ada lagi. Untuk mempelajari kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern, Durkheim berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap fenomena sosial. Bersama Herbert Spencer Durkheim adalah salah satu orang pertama yang menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai bagian dari masyarakat dengan mengacu kepada fungsi yang mereka lakukan dalam mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat – suatu posisi yang kelak dikenal sebagai fungsionalisme.
Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih daripada sekadar jumlah dari seluruh bagiannya. Jadi berbeda dengan rekan sezamannya, Max Weber, ia memusatkan perhatian bukan kepada apa yang memotivasi tindakan-tindakan dari setiap pribadi (individualisme metodologis), melainkan lebih kepada penelitian terhadap "fakta-fakta sosial", istilah yang diciptakannya untuk menggambarkan fenomena yang ada dengan sendirinya dan yang tidak terikat kepada tindakan individu. Ia berpendapat bahwa fakta sosial mempunyai keberadaan yang independen yang lebih besar dan lebih objektif daripada tindakan-tindakan individu yang membentuk masyarakat dan hanya dapat dijelaskan melalui fakta-fakta sosial lainnya daripada, misalnya, melalui adaptasi masyarakat terhadap iklim atau situasi ekologis tertentu.
Dalam bukunya “Pembagian Kerja dalam Masyarakat” (1893), Durkheim meneliti bagaimana tatanan sosial dipertahankan dalam berbagai bentuk masyarakat. Ia memusatkan perhatian pada pembagian kerja, dan meneliti bagaimana hal itu berbeda dalam masyarakat tradisional dan masyarakat modern[1]. Para penulis sebelum dia seperti Herbert Spencer dan Ferdinand Toennies berpendapat bahwa masyarakat berevolusi mirip dengan organisme hidup, bergerak dari sebuah keadaan yang sederhana kepada yang lebih kompleks yang mirip dengan cara kerja mesin-mesin yang rumit. Durkheim membalikkan rumusan ini, sambil menambahkan teorinya kepada kumpulan teori yang terus berkembang mengenai kemajuan sosial, evolusionisme sosial, dan darwinisme sosial. Ia berpendapat bahwa masyarakat-masyarakat tradisional bersifat ‘mekanis’ dan dipersatukan oleh kenyataan bahwa setiap orang lebih kurang sama, dan karenanya mempunyai banyak kesamaan di antara sesamanya. Dalam masyarakat tradisional, kata Durkheim, kesadaran kolektif sepenuhnya mencakup kesadaran individual – norma-norma sosial kuat dan perilaku sosial diatur dengan rapi.
Dalam masyarakat modern, demikian pendapatnya, pembagian kerja yang sangat kompleks menghasilkan solidaritas 'organik'. Spesialisasi yang berbeda-beda dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial menciptakan ketergantungan yang mengikat orang kepada sesamanya, karena mereka tidak lagi dapat memenuhi seluruh kebutuhan mereka sendiri. Dalam masyarakat yang ‘mekanis’, misalnya, para petani gurem hidup dalam masyarakat yang swa-sembada dan terjalin bersama oleh warisan bersama dan pekerjaan yang sama. Dalam masyarakat modern yang 'organik', para pekerja memperoleh gaji dan harus mengandalkan orang lain yang mengkhususkan diri dalam produk-produk tertentu (bahan makanan, pakaian, dll) untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akibat dari pembagian kerja yang semakin rumit ini, demikian Durkheim, ialah bahwa kesadaran individual berkembang dalam cara yang berbeda dari kesadaran kolektif – seringkali malah berbenturan dengan kesadaran kolektif.
Durkheim menghubungkan jenis solidaritas pada suatu masyarakat tertentu dengan dominasi dari suatu sistem hukum. Ia menemukan bahwa masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis hokum seringkali bersifat represif: pelaku suatu kejahatan atau perilaku menyimpang akan terkena hukuman, dan hal itu akan membalas kesadaran kolektif yang dilanggar oleh kejahatan itu; hukuman itu bertindak lebih untuk mempertahankan keutuhan kesadaran. Sebaliknya, dalam masyarakat yang memiliki solidaritas organic, hukum bersifat restitutif: ia bertujuan bukan untuk menghukum melainkan untuk memulihkan aktivitas normal dari suatu masyarakat yang kompleks.
Jadi, perubahan masyarakat yang cepat karena semakin meningkatnya pembagian kerja menghasilkan suatu kebingungan tentang norma dan semakin meningkatnya sifat yang tidak pribadi dalam kehidupan sosial, yang akhirnya mengakibatkan runtuhnya norma-norma sosial yang mengatur perilaku. Durkheim menamai keadaan ini anomie. Dari keadaan anomie muncullah segala bentuk perilaku menyimpang, dan yang paling menonjol adalah bunuh diri.
Durkheim belakangan mengembangkan konsep tentang anomie dalam "Bunuh Diri", yang diterbitkannya pada 1897. Dalam bukunya ini, ia meneliti berbagai tingkat bunuh diri di antara orang-orang Protestan dan Katolik, dan menjelaskan bahwa kontrol sosial yang lebih tinggi di antara orang Katolik menghasilkan tingkat bunuh diri yang lebih rendah. Menurut Durkheim, orang mempunyai suatu tingkat keterikatan tertentu terhadap kelompok-kelompok mereka, yang disebutnya integrasi sosial. Tingkat integrasi sosial yang secara abnormal tinggi atau rendah dapat menghasilkan bertambahnya tingkat bunuh diri: tingkat yang rendah menghasilkan hal ini karena rendahnya integrasi sosial menghasilkan masyarakat yang tidak terorganisasi, menyebabkan orang melakukan bunuh diri sebagai upaya terakhir, sementara tingkat yang tinggi menyebabkan orang bunuh diri agar mereka tidak menjadi beban bagi masyarakat. Menurut Durkheim, masyarakat Katolik mempunyai tingkat integrasi yang normal, sementara masyarakat Protestan mempunyai tingat yang rendah. Karya ini telah memengaruhi para penganjur teori kontrol, dan seringkali disebut sebagai studi sosiologis yang klasik.
Akhirnya, Durkheim diingat orang karena karyanya tentang masyarakat 'primitif' (artinya, non Barat) dalam buku-bukunya seperti "Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan Agama" (1912) dan esainya "Klasifikasi Primitif" yang ditulisnya bersama Marcel Mauss. Kedua karya ini meneliti peranan yang dimainkan oleh agama dan mitologi dalam membentuk pandangan dunia dan kepribadian manusia dalam masyarakat-masyarakat yang sangat 'mekanis' (meminjam ungkapan Durkheim)
Tentang pendidikan
Durkheim juga sangat tertarik akan pendidikan. Hal ini sebagian karena ia secara profesional dipekerjakan untuk melatih guru, dan ia menggunakan kemampuannya untuk menciptakan kurikulum untuk mengembangkan tujuan-tujuannya untuk membuat sosiologi diajarkan seluas mungkin. Lebih luas lagi, Durkheim juga tertarik pada bagaimana pendidikan dapat digunakan untuk memberikan kepada warga Prancis semacam latar belakang sekular bersama yang dibutuhkan untuk mencegah anomi (keadaan tanpa hukum) dalam masyarakat modern. Dengan tujuan inilah ia mengusulkan pembentukan kelompok-kelompok profesional yang berfungsi sebagai sumber solidaritas bagi orang-orang dewasa.
Durkheim berpendapat bahwa pendidikan mempunyai banyak fungsi:
1) Memperkuat solidaritas sosial
Sejarah: belajar tentang orang-orang yang melakukan hal-hal yang baik bagi banyak orang membuat seorang individu merasa tidak berarti.
Menyatakan kesetiaan: membuat individu merasa bagian dari kelompok dan dengan demikian akan mengurangi kecenderungan untuk melanggar peraturan.
2) Mempertahankan peranan sosial
Sekolah adalah masyarakat dalam bentuk miniatur. Sekolah mempunyai hierarkhi, aturan, tuntutan yang sama dengan "dunia luar". Sekolah mendidik orang muda untuk memenuhi berbagai peranan.
3) Mempertahankan pembagian kerja.

Membagi-bagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecakapan. Mengajar siswa untuk mencari pekerjaan sesuai dengan kecakapan mereka.