Jumat, 10 Juni 2016

Berkorban Demi Masa Depan (SD YPPK St.Petrus Ayawasi)

Realita Pahit dan Sulit Dilupakan.
-----------------------------------------
Regen.Fanataf

Sewaktu usiaku sembilan tahun Aku bersekolah di kelas satu SD YPPK St. Petrus Ayawasi yang jaraknya 60 M. Karena sedang musim hujan berhari-hari siang-malam hujan terus-menerus. Akibatnya, pakain yang aku cuci tidak bisa kering. Mau disetrika, tidak punya setrikannya. Mau pinjam di desa tidak ada yang punya. Agar kering di paginya, di malam itu semuanya Aku panggang di atas kayu bakar yang sedang dikeringkan di atas tungku dapur. Paginya sewaktu akan Aku pakai, ternyata belum kering juga, tambah-tambah berbau sangit menyengat, karena tidak punya panggantinya, apa boleh buat basah Aku pakai saja. Pikirku, lebih baik kedinginan sedikit dari pada mangkir tidak masuk sekolah. Lama-lama terkena panas badan, tokh akan kering juga. Masih pada pagi itu, biasanya Aku berjalan kaki tanpa sepatu dan kalau hujan berpayaung daun pisang. Pukul setengah lima pagi Aku sudah berangkat ke sekolah. Itu semua adalah realita pahit yang Aku terima dengan ikhlas dan senag. Aku buang keinginan untuk bisa meniru anak-anak lain yang berada, yang mampunyai pakaian rangkap dan cukup ongkos untuk berjajan. Mereka bisa bersenang-senang dan tidak perlu berprihtain. Tetapi semuanya itu Aku jalani demi masa hari depanku.